DUNIA KESEHATAN
Sekilas Tentang Radang Selaput Otak
Beberapa
waktu belakangan, penyakit radang selaput otak menjadi perbincangan
hangat di masyarakat, menyusul meningkatnya pemberitaan mengenai penyakit ini
di tanah air kita. Bagaimana sebenarnya radang selaput otak itu, berbahaya ataukah tidak, dan
bagaimana pencegahannya? Berikut ini kami bawakan sedikit informasi mengenai
radang selaput otak pada orang dewasa, dengan harapan dapat memberikan
informasi yang berharga pada pembaca sekalian.
Apa itu radang selaput otak?
Otak dan sumsum tulang belakang manusia,
sebagai struktur vital bagi kehidupan, dilindungi oleh beberapa lapisan
pelindung, salah satunya adalah selaput otak (meninges). Selaput ini, yang
selanjutnya kami sebut saja meninges, membungkus otak dan berlanjut membungkus
sumsum tulang belakang di rongga tulang belakang.
Adanya
peradangan pada selaput ini, yang disebut dengan penyakit meningitis (meninges
+ -itis (akhiran yang berarti peradangan)), baik disebabkan oleh bakteri,
virus, parasit, jamur, maupun kanker atau penyakit autoimun, menyebabkan
pembengkakan, sehingga menimbulkan tanda dan gejala khas. Gejala yang lebih
berat dapat terjadi pada infeksi meninges sekaligus jaringan otak
(meningoencephalitis).
Bentuk
meningitis yang tersering adalah meningitis bakterial, dan meningitis aseptik
yang disebabkan oleh virus. Meningitis bakterial menimbulkan gejala yang lebih
berat, dan jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan kematian atau
komplikasi jangka panjang pada jaringan saraf. Aseptik meningitis disisi lain,
bersifat lebih ringan dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya pada
penderita dengan kekebalan tubuh yang prima.
Seperti yang
dikemukakan diatas, meningitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, dan yang
cukup sering adalah akibat infeksi bakteri dan virus, seperti bakteri E.Coli,
Enterobacter Sp, Pneumokok, Meningokok (Neisseria meningitidis), Stafilokok,
listeria; dan dari golongan virus disebabkan diantaranya oleh infeksi Herpes
simplex virus tipe-2 (HSV-2), virus Hemophilus Influenza B, virus mumps
(“gondongan”) dan virus HIV. Beberapa virus ini dapat menyebar melalui sekret
hidung, air liur maupun tenggorokan penderita, seperti saat bersin, berciuman,
dan batuk. Adapun penyebaran bakteri dapat. terjadi diantaranya melalui
kontaminasi fekal – oral, misalnya saat mengganti popok atau buang air,
kemudian tidak mencuci tangan dengan menyeluruh.
Beberapa
kondisi yang menyebabkan seseorang rentan terkena meningitis antara lain
adalah:
- Adanya luka tembus dari luar tubuh yang mencapai meninges, seperti pada kecelakaan atau tusukan benda tajam.
- Pasien yang menjalani operasi di daerah otak maupun sumsum tulang belakang pada perawatan yang kurang steril.
- Infeksi bakteri atau virus tertentu yang awalnya bersifat sistemik, misalnya pneumonia (radang pada jaringan paru-paru), radang telinga tengah atau sinus yang kronis, endokarditis, atau pada kondisi imunitas tubuh yang rendah (penderita kanker yang menjalani kemoterapi, penderita AIDS, dan pengguna obat kortikosteroid jangka panjang, seperti pada penderita penyakit autoimun.
- Alkoholik
- Anak dan dewasa yang belum menjalani vaksinasi untuk virus atau bakteri penyebab meningitis, seperti vaksinasi pneumokokkus.
- Orang yang bepergian ke daerah dimana penyakit akibat infeksi bakteri meningokok sering ditemukan.
- Wanita hamil, karena imunitas tubuh relatif menurun saat hamil.
- Keluarga, Perawat atau tenaga kesehatan yang merawat penderita meningitis
Bagaimana mengenali gejalanya?
Gejala yang
sering terjadi pada penderita dewasa adalah:
- Demam tinggi, mendadak, tangan dan kaki terasa dingin. Pada infeksi akibat virus, gejala awal mirip dengan gejala flu, yakni demam, nyeri sendi, dan nyeri otot.
- Sakit kepala yang berat, tidak reda dengan antinyeri biasa.
- Kesadaran yang terganggu, ditandai dengan kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi,
- Leher kaku (meningismus), sulit digerakkan dan nyeri saat ditekuk atau didongakkan.
- Sensitif / terganggu dengan adanya cahaya yang terang.
- Mengantuk yang sulit dibangunkan.
- Mual, muntah bersamaan dengan sakit kepala.
- Kurangnya nafsu makan.
- Kejang.
- Pada infeksi bakteri meningokok, timbul bintik kemerahan pada kulit
Konfirmasi
meningitis serta penentuan organisme penyebabnya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan sampel darah dan cairan serebrospinalis (CSF) , suatu cairan bening
yang berada diantara lapisan-lapisan meninges.
Apa yang harus dilakukan jika terkena gejala diatas?
Penyebab
meningitis sulit
diketahui hanya berdasarkan gejala saja, sehingga jika seseorang menderita
tanda-tanda diatas, tindakan pertama yang sebaiknya dilakukan adalah
memeriksakan diri ke Rumah sakit atau dokter terdekat. Setelah pemeriksaan
dilakukan, dokter mungkin meminta penderita untuk dirawat inap, khususnya pada
meningitis akibat infeksi bakteri, atau mengizinkan pasien untuk melakukan
rawat jalan dengan beberapa pengarahan.
Meningitis akibat bakteri memerlukan pengangan
khusus dan segera, sehingga penderita harus dirawat inap. Diantara penanganan
tersebut adalah terapi kortikosteroid untuk mengurangi efek peradangan yang
dapat merusak sel-sel saraf, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri.
Penanganan yang terlambat dapat berakibat kematian, atau kerusakan otak dan
saraf yang permanen.
Sedangkan
meningitis aseptik tidak memerlukan pemberian antibiotik, cukup dengan menjaga
cairan serta nutrisi tubuh, beristirahat, dan mengkonsumsi penurun demam dan
nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat gejala tersebut. Pada pasien
dengan imunitas tubuh baik, biasanya peradangan akan berangsur mereda dalam
7-10 hari.
Bisakah penyakit ini dicegah?
Berdasarkan
penyebab timbulnya, penyakit ini sebagiannya dapat dicegah. Bentuk pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Mencuci tangan dengan menyeluruh, khususnya sebelum makan, setelah keluar dari toilet, sepulang beraktivitas di ruang publik, atau memegang binatang.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan tidak menggunakan secara bersama peralatan pribadi seperti sikat gigi, alat makan, dan alat minum dengan orang yang sakit, atau saat diri sendiri sakit.
- Menjaga kesehatan tubuh sehingga imunitas tubuh pun prima.
- Menutup mulut saat batuk maupun bersin.
- Pada wanita hamil, berhati- hati dalam mengkonsumsi makanan, khususnya daging (harus dimasak sampai benar-benar matang), susu dan keju (keduanya harus melalui proses pasteurisasi untuk menghindari infeksi listeria).
- Melakukan isolasi pada pasien meningitis atau yang diduga kuat menderita meningitis. Proses isolasi ini tentunya dilakukan di rumah sakit. Perawat yang bertugas diharuskan menggunakan baju, masker, dan sarung tangan khusus.
- Vaksinasi pada anak dan dewasa yang berisiko terjangkit mikroorganisme penyebab meningitis, seperti vaksinasi terhadap virus Haemophilus Influenza tipe – B (vaksin Hib), pneumokok, dan meningokok.
- Pemberian obat untuk pencegahan (profilaksi) pada orang-orang yang berkontak dengan penderita, seperti keluarga maupun ketugas kesehatan, misalnya dengan menggunakan obat rifampin, ceftriaxone, maupun obat golongan fluoroquinolon seperti ciprofloxacin.
Semoga
bermanfaat.
Referensi:
- Merck
Manual 2012 Digital Edition
- UptoDate 19.2
- www.cdc.gov
- www.ncbi.nlm.nih.gov
- www.m.meningitis-trust.org
- www.webmd.com
- UptoDate 19.2
- www.cdc.gov
- www.ncbi.nlm.nih.gov
- www.m.meningitis-trust.org
- www.webmd.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar